Sabtu, 03 Desember 2011

PERANAN KONSELOR SEBAGAI KONSULTAN DALAM MENSUKSESKAN PROSES BELAJAR SISWA


BAB I
PENDAHULUAN

Masalah anak menjadi persoalan yang hampir ada dan ditemukan oleh para guru dan orang tua, baik dalam kolnteks keluarga, sekolah maupun masyarakat. Masalah anak ini dapat dikatagorikan ke dalam 3 penyebab, yaitu: (1) faktor norma atau moral, misalnya banyak anak melanggar tata tertib sekolah, kurang menghargai orang tua dan guru, membolos dengan alasan yang dibuat-buat, menyalahgunakan uang SPP ,(2) masalah belajar, misalnya anak kurang memanfaatkan waktu belajar dengan baik, banyak waktu dipergunakan justru untuk bermain game, play-station, kurang memperhatikan kegiatan 1 belajar di kelas; (3) faktor sosial, banyak anak tidak naik kelas, karena masalah anak di sekolah tidak diketahui oleh orang tua, atau sebaliknya, anak terlalu bebas dalam bergaul, baik di rumah ataupun di sekolah.
DeRoche (dalam Yuliejantiningsih,1994) antara lain menyatakan seputar masalah anak, sebagai berikut: Tidak mengerjakan pekerjaan rumah/tugas-tugas di sekolah, menunjukkan sikap kurang memperhatikan, menyontek waktu tes, mengucapkan kata-kata kasar dan cabul,  berdusta besar,  perkelahian,  membolos/tidak hadir di sekolah, kurang menghargai orang lain, dan kurang menghargai peraturan sekolah. Fenomena masalah anak tersebut menjadi hal yang crusial untuk segera ditangani. Sebab jika tidak ditangani secara tepat dan efektif, maka akan sangat mengganggu jalannya proses belajar, yang dapat berdampak pada kegagalan belajar.





BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN KONSELOR SEBAGAI KONSULTAN DALAM MENSUKSESKAN PROSES BELAJAR SISWA
A.      Makna Layanan Konsultasi Dalam Kesuksesan Proses Belajar Siswa
            Makna layanan konsultasi dalam kesuksesan proses belajar siswa, salah satu definisi konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Zins (1993),bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka. Bekeja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan.
Konsultasi dalam bimbingan bermaksud memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengkaitkan pemberian bantuan bagi anak-anak bermasalah dan konteks sosial-budaya di mana perilaku bermasalah itu timbul, khususnya masalah hubungan interpersonal orang tua-anak, diduga penyelesaian lebih akurat apabila melibatkan peran orang tua (Watson 1996).
 Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan kondisi yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua/guru dan konseli (triadic model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model)
Layanan konsultasi  di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Guru mata pelajaran meminta masukan kepada guru bimbingan dan konseling (konselor) dan Wali Kelas/Penasihat Akademik berkaiatan dengan perkembangan siswa. Guru bimbingan dan konseling (konselor) memberikan hasil diagnosis yang menjelaskan keadaan psikologis siswa yang terkait dengan perkembangan akademiknya. Wali Kelas/Penasihat Akademik memberikan hasil identifikasi yang menjelaskan tentang perkembangan hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran baik kepada guru bimbingan dan konseling (konselor) maupun guru mata pelajaran.. Dalam hal ini Konselor melakukan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa dengan mempertimbangkan berbagai informasi lanjutan, perencanaan pendidikan datang dari Wali Kelas/Penasihat Akademik, guru mata pelajaran, dan pihak-pihak lain yang diduga berkontribusi terhadap perkembangan siswa
Layanan konsultasi (Consultation) tepat digunakan sebagai teknik layanan untuk mengembangkan hubungan kerja sama antara konselor dengan orang tua, karena tugas pertama konselor adalah mengidentifikasi situasi yang sering membuat masalah dalam satu organisasi dan mengumpulkan orang-orang yang terlibat untuk membantunya. Identifikasi situasi dapat melibatkan sumber-sumber informasi dan prosedur yang didukung oleh sejumlah orang yang bekerja sama (Shertzer1985). Kerja sama tersebut terjadi antara konselor dengan orang tua melalui latihan-latihan dalam situasi belajar. Peranan konselor menciptakan hubungan baik antara orang tua dengan anak dan bagaimana orang tua memberikan bimbingan yang efektif, menciptakan hubungan yang saling membutuhkan.
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam meenghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik, seperti pengenalan kurikulum,pemilihan jurusan,cara belajar,penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber balajar,dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar,mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Diantaranya ada beberapa masalah yang menjadi hambatan kesuksesan dalam proses belajar.
a.    Masalah belajar
Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan yang sesuai dengan keadaan anak.
b.   Masalah keluarga
Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan keluarga klien tiu sendiri. Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya.
c.    Pengisian waktu luang
Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang dilakukan dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar belakang permasalahan siswa yang bersangkutan.
d.    Pergaulan dengan teman sebaya
Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya 

B.       Konselor Sekolah Sebagai Konsultan Bagi Siswa
Konselor sekolah sebagai konsultan bagi siswa Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
  1. Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
  3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
  4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam
·         bimbingan belajar,
·         bimbingan sosial,
·         bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar merupakan Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang  berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
  1. Cara belajar, baik secara  kelompok ataupun individual
  2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
  3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
  4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
  5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
  1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
  2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer. Oleh karena itu, konselor sekolah sebagai pihak yang memberikan layanan bersifat psiko-pedagogis harus mampu memberikan layanan yang bersifat konsultatif atas kepentingan berbagai pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua, kepala sekolah, bahkan mungkin sampai dengan masyarakat. Berdasarkan rasional tentang tugas konselor sekolah terkait dengan pendidikan karakter di Indonesia tersebut, maka ada beberapa peran konselor sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.
Bahwa pendidikan karakter merupakan tugas dan tanggung jawab semua pendidik di sekolah. Oleh karena itu, konselor akan dapat berperan sebagai patner ataupun sebagai konsultan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Bahkan, konsulasi tidak terbatas hanya dengan para pelaksana pendidikan karakter di sekolah (guru, kepala sekolah) tetapi juga dengan para pelaksanan pendidikan karakter di luar sekolah (orang tua, anggota masyarakat).
Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat pendidikan karakter sebenarnya menyangkut banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaanya. Di samping itu, di mungkinkan juga konselor sekolah bertindak sebagai mediator dalam rangka penyelesaian permasalahan yang dihadapi para siswa.
C.       konselor sekolah sebagai konsultan bagi orangtua
Pada dasarnya konselor sekolah kedudukannya sebagai konsultan mempunyai banyak kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua siswa. Dalam hal ini konselor dapat mengambil inisiatif dengan cara mengundang orang tua ke sekolah ataupun sebaliknya. Tentu saja yang dibicarakan dalam forum konsultasi ini adalah hal hal yang menyangkut keberadaan anaknya sebagai siswa di sekolah tersebut seperti : kemajuan belajar anak dan tingkah laku anak.
Tipe konsultasi dengan orang tua siswa ini tergantung dari permasalahan yang dibicarakan, termasuk siapa yang berinisiatif terjadinya pertemuan konsultasi dari kedua belah pihak. Yang perlu diperhatikan, konselor harus menghindari kesan bahwa konselor berada lebih tinggi taraf berpikir orang tua siswa dan bernada menyalahkan orang tua. Tipe kerja sama akan lebih sesuai bila orang tua siswa memiliki taraf pendidikan yang tinggi dan sudah menangkap sendiri persoalannya. Demikian pula dengan pertimbangan tertentu konselor dapat mengambil inisiatif berbicara langsung dengan siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diterapkan tipe konsultasi dengan pendekatan tidak langsung maupun langsung.





















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Konsultasi dalam bimbingan bermaksud memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengkaitkan pemberian bantuan bagi anak-anak bermasalah dan konteks sosial-budaya di mana perilaku bermasalah itu timbul, khususnya masalah hubungan interpersonal orang tua-anak, diduga penyelesaian lebih akurat apabila melibatkan peran orang tua (Watson 1996).
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer.
B.  Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, sepenuhnya kami menyadari bahwa pembahasan pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun, semoga menjadi amal ibadah bagi kita semua. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN

Masalah anak menjadi persoalan yang hampir ada dan ditemukan oleh para guru dan orang tua, baik dalam kolnteks keluarga, sekolah maupun masyarakat. Masalah anak ini dapat dikatagorikan ke dalam 3 penyebab, yaitu: (1) faktor norma atau moral, misalnya banyak anak melanggar tata tertib sekolah, kurang menghargai orang tua dan guru, membolos dengan alasan yang dibuat-buat, menyalahgunakan uang SPP ,(2) masalah belajar, misalnya anak kurang memanfaatkan waktu belajar dengan baik, banyak waktu dipergunakan justru untuk bermain game, play-station, kurang memperhatikan kegiatan 1 belajar di kelas; (3) faktor sosial, banyak anak tidak naik kelas, karena masalah anak di sekolah tidak diketahui oleh orang tua, atau sebaliknya, anak terlalu bebas dalam bergaul, baik di rumah ataupun di sekolah.
DeRoche (dalam Yuliejantiningsih,1994) antara lain menyatakan seputar masalah anak, sebagai berikut: Tidak mengerjakan pekerjaan rumah/tugas-tugas di sekolah, menunjukkan sikap kurang memperhatikan, menyontek waktu tes, mengucapkan kata-kata kasar dan cabul,  berdusta besar,  perkelahian,  membolos/tidak hadir di sekolah, kurang menghargai orang lain, dan kurang menghargai peraturan sekolah. Fenomena masalah anak tersebut menjadi hal yang crusial untuk segera ditangani. Sebab jika tidak ditangani secara tepat dan efektif, maka akan sangat mengganggu jalannya proses belajar, yang dapat berdampak pada kegagalan belajar.





BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN KONSELOR SEBAGAI KONSULTAN DALAM MENSUKSESKAN PROSES BELAJAR SISWA
A.      Makna Layanan Konsultasi Dalam Kesuksesan Proses Belajar Siswa
            Makna layanan konsultasi dalam kesuksesan proses belajar siswa, salah satu definisi konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Zins (1993),bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka. Bekeja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan.
Konsultasi dalam bimbingan bermaksud memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengkaitkan pemberian bantuan bagi anak-anak bermasalah dan konteks sosial-budaya di mana perilaku bermasalah itu timbul, khususnya masalah hubungan interpersonal orang tua-anak, diduga penyelesaian lebih akurat apabila melibatkan peran orang tua (Watson 1996).
 Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan kondisi yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua/guru dan konseli (triadic model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model)
Layanan konsultasi  di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Guru mata pelajaran meminta masukan kepada guru bimbingan dan konseling (konselor) dan Wali Kelas/Penasihat Akademik berkaiatan dengan perkembangan siswa. Guru bimbingan dan konseling (konselor) memberikan hasil diagnosis yang menjelaskan keadaan psikologis siswa yang terkait dengan perkembangan akademiknya. Wali Kelas/Penasihat Akademik memberikan hasil identifikasi yang menjelaskan tentang perkembangan hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran baik kepada guru bimbingan dan konseling (konselor) maupun guru mata pelajaran.. Dalam hal ini Konselor melakukan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa dengan mempertimbangkan berbagai informasi lanjutan, perencanaan pendidikan datang dari Wali Kelas/Penasihat Akademik, guru mata pelajaran, dan pihak-pihak lain yang diduga berkontribusi terhadap perkembangan siswa
Layanan konsultasi (Consultation) tepat digunakan sebagai teknik layanan untuk mengembangkan hubungan kerja sama antara konselor dengan orang tua, karena tugas pertama konselor adalah mengidentifikasi situasi yang sering membuat masalah dalam satu organisasi dan mengumpulkan orang-orang yang terlibat untuk membantunya. Identifikasi situasi dapat melibatkan sumber-sumber informasi dan prosedur yang didukung oleh sejumlah orang yang bekerja sama (Shertzer1985). Kerja sama tersebut terjadi antara konselor dengan orang tua melalui latihan-latihan dalam situasi belajar. Peranan konselor menciptakan hubungan baik antara orang tua dengan anak dan bagaimana orang tua memberikan bimbingan yang efektif, menciptakan hubungan yang saling membutuhkan.
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam meenghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik, seperti pengenalan kurikulum,pemilihan jurusan,cara belajar,penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber balajar,dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar,mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Diantaranya ada beberapa masalah yang menjadi hambatan kesuksesan dalam proses belajar.
a.    Masalah belajar
Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan yang sesuai dengan keadaan anak.
b.   Masalah keluarga
Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan keluarga klien tiu sendiri. Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya.
c.    Pengisian waktu luang
Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang dilakukan dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar belakang permasalahan siswa yang bersangkutan.
d.    Pergaulan dengan teman sebaya
Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya 

B.       Konselor Sekolah Sebagai Konsultan Bagi Siswa
Konselor sekolah sebagai konsultan bagi siswa Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
  1. Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
  3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
  4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam
·         bimbingan belajar,
·         bimbingan sosial,
·         bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar merupakan Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang  berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
  1. Cara belajar, baik secara  kelompok ataupun individual
  2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
  3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
  4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
  5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
  1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
  2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer. Oleh karena itu, konselor sekolah sebagai pihak yang memberikan layanan bersifat psiko-pedagogis harus mampu memberikan layanan yang bersifat konsultatif atas kepentingan berbagai pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua, kepala sekolah, bahkan mungkin sampai dengan masyarakat. Berdasarkan rasional tentang tugas konselor sekolah terkait dengan pendidikan karakter di Indonesia tersebut, maka ada beberapa peran konselor sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.
Bahwa pendidikan karakter merupakan tugas dan tanggung jawab semua pendidik di sekolah. Oleh karena itu, konselor akan dapat berperan sebagai patner ataupun sebagai konsultan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Bahkan, konsulasi tidak terbatas hanya dengan para pelaksana pendidikan karakter di sekolah (guru, kepala sekolah) tetapi juga dengan para pelaksanan pendidikan karakter di luar sekolah (orang tua, anggota masyarakat).
Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat pendidikan karakter sebenarnya menyangkut banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaanya. Di samping itu, di mungkinkan juga konselor sekolah bertindak sebagai mediator dalam rangka penyelesaian permasalahan yang dihadapi para siswa.
C.       konselor sekolah sebagai konsultan bagi orangtua
Pada dasarnya konselor sekolah kedudukannya sebagai konsultan mempunyai banyak kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua siswa. Dalam hal ini konselor dapat mengambil inisiatif dengan cara mengundang orang tua ke sekolah ataupun sebaliknya. Tentu saja yang dibicarakan dalam forum konsultasi ini adalah hal hal yang menyangkut keberadaan anaknya sebagai siswa di sekolah tersebut seperti : kemajuan belajar anak dan tingkah laku anak.
Tipe konsultasi dengan orang tua siswa ini tergantung dari permasalahan yang dibicarakan, termasuk siapa yang berinisiatif terjadinya pertemuan konsultasi dari kedua belah pihak. Yang perlu diperhatikan, konselor harus menghindari kesan bahwa konselor berada lebih tinggi taraf berpikir orang tua siswa dan bernada menyalahkan orang tua. Tipe kerja sama akan lebih sesuai bila orang tua siswa memiliki taraf pendidikan yang tinggi dan sudah menangkap sendiri persoalannya. Demikian pula dengan pertimbangan tertentu konselor dapat mengambil inisiatif berbicara langsung dengan siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diterapkan tipe konsultasi dengan pendekatan tidak langsung maupun langsung.





















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Konsultasi dalam bimbingan bermaksud memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengkaitkan pemberian bantuan bagi anak-anak bermasalah dan konteks sosial-budaya di mana perilaku bermasalah itu timbul, khususnya masalah hubungan interpersonal orang tua-anak, diduga penyelesaian lebih akurat apabila melibatkan peran orang tua (Watson 1996).
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer.
B.  Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, sepenuhnya kami menyadari bahwa pembahasan pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun, semoga menjadi amal ibadah bagi kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar